PEMBANGUNAN Bendungan Jragung di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, dalam rangka mengoptimalkan layanan irigasi di Jawa Tengah. Keberadaan bendungan tersebut dapat meningkatkan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku, dan pengendalian banjir.
“Pembangunan bendungan dengan pembangunan jaringan irigasinya sehingga dengan adanya suplai air yang kontinu dari bendungan. nantinya, petani yang sebelumnya hanya satu kali tanam setahun, bisa bertambah menjadi 2—3 kali tanam,” kata Menteri Menteri PUPR Basuki Hadimuljonodalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (11/1).
Kementerian PUPR membangun Bendungan Jragung melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Ditjen Sumber Daya Air. Bendungan memiliki kapasitas tampung 90 juta meter kubik dan luas genangan 503,1 hektare. Bendungan ini akan menyuplai air bagi daerah irigasi seluas 4.528 hektare di Kabupaten Semarang.
Pengerjaan bendungan Jragung mulai akhir 2020 melalui tiga paket pekerjaan dengan target selesai akhir 2023. Pengerjaan paket I oleh penyedia jasa PT Waskita Karya dengan nilai kontrak Rp806,3 miliar dengan progres fisik hingga 26 Desember 2021 mencapai 5,7%.
Kemudian, paket II oleh PT Wijaya Karya-PT BRP (KSO) dengan nilai kontrak Rp758 miliar dengan progres 6,7%, sedangkan paket III oleh PT Brantas Abipraya-PT Pelita Nusa Perkasa (KSO) senilai Rp735,9 miliar dengan progres fisik 4,28%.
Secara administrasi Bendungan Jragung membentang di tiga dusun di Desa Candirejo yakni Dusun Borangan, Dusun Sapen, dan Dusun Kedung Glatik, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Sumber air bendungan berasal dari Sungai Jragung dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 94 km persegi.
“Desain Bendungan Jragung dengan tipe urugan zonal inti tegak. Elevasi puncak bendungan 119,5 meter dan lebar puncak bendungan 10 meter,” ujarnya.
Selain sebagai penyedia air irigasi pertanian, pemanfaatannya Bendungan Jragung juga bisa sebagai sumber air baku. Nantinya, bendungan memiliki kapasitas 1 meter kubik/detik untuk menyuplai wilayah Semarang, Demak, dan Grobogan.
“Selanjutnya mengurangi risiko banjir di area hilir dari 378 meter kubik/detik menjadi 170 meter kubik/detik atau mereduksi 45% banjir. Bendungan juga berpotensi sebagai pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan kapasitas 1.400 KW dan pengembangan destinasi wisata air serta argowisata,” katanya. (ANT/D1)