UNTUK menggenjot produksi nasional garam, pemerintah melakukan beragam inovasi teknologi di sentra produksi. Salah satunya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, merupakan kabupaten dengan produksi garam rakyat terbesar ketiga di seluruh Indonesia.
Untuk terus menggenjot jumlah produksi garam di daerah itu dilakukan inovasi teknologi. Selama ini luas tambak garam di Pati mencapai 2.838 hektare. Pemerintah meluncurkan desa industri garam, dan tujuh desa di Pati menjadi proyek percontohan.
Di Desa percontohan itu diluncurkan teknologi pengolahan garam. Sebab, di sana hasil produksinya belum maksimal, petani masih mengolah garam dengan cara tradisional. Saat ini ada 6.781 petani garam yang mengolah pertambakan garam secara tradisional.
Kualitas garam juga rendah. Harga jual garam di tingkat petani, satu tombong (keranjang bambu) seberat 80—90 kg sebesar Rp80 ribu per kg. Sementara itu, kebutuhan garam terus meningkat.
“Untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam Pati, tujuh desa di Pati telah ditetapkan menjadi skala prioritas program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar) 2018,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemprov Jawa Tengah Edy Martanto, akhir pekan lalu.
Ini untuk memudahkan penyaluran bantuan sekaligus pengawasan, sebab ada bantuan membran dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tujuh desa yang menjadi proyek percontohan program Pugar ialah Jembangan, Bumimuyo, dan Raci (Kecamatan Batangan), Desa Genengmulyo (Kecamatan Juwana), Desa Kepoh dan Tluwuk (Kecamatan Wedarijaksa), dan Desa Kadilangu (Kecamatan Tangkil). Para petani garam di tujuh desa tersebut diperkenalkan dengan inovasi dan teknologi pengolahan garam modern.
Sebelumnya produksi garam di Pati hanya berkisar 40 ton per hektare. Namun, setelah dilakukan pembinaan dan penggunaan teknologi ulir membran, kualitasnya bagus juga produksi meningkat hingga 100—130 ton per hektare.
“Untuk mengikuti program Pugar ini, petani tambak garam harus menjadi anggota koperasi dan bumdes agar mudah dalam pengelolaan manajemen dan tidak dipermainkan tengkulak,” kata dia.
Namun, harga membran masih mahal sekitar Rp3,3 juta. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta seluruh petani garam membentuk kelompok petani untuk diberi pelatihan dan pendampingan. “Ini untuk memudahkan penyaluran bantuan sekaligus pengawasan, sebab ada bantuan membran dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,” ujar Ganjar.
Untuk petani nonkelompok bisa meminjam modal di bank dengan bunga ringan. (MI/R4)