SETIAJI B PAMUNGKAS
KEMENTERIAN Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menuntut setiap desa mampu menciptakan peluang inovatif untuk memajukan sektor ekonomi dan pariwisata. Salah satunya dengan menggunakan dana desa yang setiap tahun dicairkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Pada 2019, Pemerintah Pusat akan mengucurkan dana desa sebesar Rp70 triliun bagi seluruh desa di Indonesia. Oleh karena itu, perlu inovasi lebih dalam memanfaatkannya,” kata Staf Ahli Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, H Febby Datuk Bangso, di Pariaman, Senin (12/11).
Menurut dia, selain mengucurkan dana desa Rp70 triliun, Pemerintah Pusat juga akan menggelontorkan dana Rp3 triliun bagi seluruh kelurahan se-Indonesia. Besarnya dana yang akan digelontorkan Pemerintah Pusat tersebut salah satunya bisa digunakan sebagai pengembangan badan usaha milik desa (bumdes).
“Kami yakin desa yang mampu mengelola bumdes secara baik, akan meningkatkan sektor perekonomian masyarakat di tingkat desa,” kata dia.
Selain mendorong menciptakan bumdes, pemerintah juga mengarahkan agar desa mampu melirik dan memaksimalkan sektor pariwisata, pertanian, peternakan, ekonomi, dan sebagainya. Bila desa telah mampu menjalankan hal itu, bisa dijadikan sebagai percontohan bagi daerah lainnya.
Wali Kota Pariaman, Genius Umar, mengatakan pemerintah daerah secara bertahap telah mulai mengarahkan setiap desa untuk menciptakan berbagai peluang inovatif, salah satunya bumdes dan desa agrowisata. “Desa Cubadak Aia, Kecamatan Pariaman Utara, sudah mulai menerapkannya dengan fokus pada usaha alat-alat perkantoran,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjoyo mengatakan sudah ada lebih dari 30 ribu inovasi warga desa yang siap didanai dana desa. “Sekarang, sudah ada 30 ribu lebih inovasi dari masyarakat desa,” kata Eko, beberapa waktu lalu.
Desa yang mampu mengelola bumdes secara baik akan meningkatkan sektor perekonomian masyarakatnya.
Pupuk Kompos
Salah satu inovasi yang fenomenal adalah dana desa digunakan mengelola sampah hingga menjadi pupuk kompos. Pemerintah desa setempat membuat semacam bank sampah di desa itu.
“Masyarakat diminta mengumpulkan sampah dan dibayar bergantung besaran sampah yang dikumpulkan, mulai dari Rp10 ribu—Rp100 ribu. Sampah itu dikelola menjadi kompos,” ujar Eko.
Contoh lain di Desa Kutuh, Bali, yang memproduksi rumput laut. Dana desa digunakan untuk membangun akses yang lebih mudah agar produksi dan kualitas rumput laut kian optimal.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkapkan dana desa sudah saatnya tak hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, tetapi juga untuk pengembangan ekonomi dan inovasi warga desa. “Kita ingin dana desa tidak hanya untuk infrastruktur. Namun, digeser sedikit ke mengenai pemberdayaan ekonomi dan inovasi di desa. Misalnya untuk pemberdayaan PAUD, pakai dana desa agar anak-anak memiliki gizi baik, agar cerdas. Ada juga desa wisata, misalnya Umbul Ponggok. Itu per tahun pendapatannya Rp14 miliar loh,” ujar Jokowi. (MI/ANT/R4)
Discussion about this post