FAJAR NOVITRA
fajar@lampungpost.co.id
MASYARAKAT Desa Desa Bumi Mandiri, Kecamatan Abung Barat bangun kemandirian melalui kerja sama dengan perusahaan.
Kepala Desa, Ipandri melalui inovasinya, bekerja sama dengan perusahaan pemasok buah-buahan ternama Ibu Kota untuk membangkitkan usaha rakyat, khususnya di bidang pertanian. Masyarakat di desa bisa memanfaatkan lahannya untuk menanam pisang cavendis. Melalui sistem dan mekanisme sesuai aturan perusahaan, mereka menanam dengan sistem kontrak.
“Tentunya tanpa support dari anggaran dana desa dapat meningkatkan taraf hidup petani khususnya pasca badai pendemi,” ujarnya, Senin (5/9).
“Dan ini, baru ada satu-satunya di Lampura dan khusus di Lampung, itu ada di Lampung Barat dan Tanggamus. Sedangkan perusahaannya ada di Jakarta, dengan mekanisme kalau tidak dibeli hasil penanenya maka akan dipulangkan 100% modal petani atau warga,” terang Kades.
Menurut Ipandri, penjajakan kerja sama ini sudah dilakukan satu tahun belakangan, tepatnya pada Desember 2021. Saat ini warga sudah panen 5 kali.
“Desember kami tanam, setelah meneken kontrak. Dalam satu kali panen itu selama 10 hari, dengan harga pembelian minimal Rp 2.000/kg tanpa tandan. Itu untuk kelas (grade) terendah, kalau lebih tinggi makin mahal melihat kualitas buahnya. Sementara, dalam satu tandannya dapat mencapai berat bersih 13 kg,” terangnya.
Dia menjelaskan dalam satu kebun atau satu tahun warga bisa menghasilkan pendapatan mencapai Rp100 juta per hektare dengan jumlah tanaman mencapai sekitar 1.000 pohon pisang premium.
“Dan enaknya lagi, ini setelah tiga tahun baru dilakukan perombakan (tanaman),” ujarnya.
Warga tidak diharuskan lagi membeli bibit dari perusahaan, melainkan dapat diambil dari anakan dengan metode tertentu seperti, memilih pohon yang paling baik atau bibit unggul.
Saat ini baru 30 petani yang sudah menerapkan kerajasa tersebut. Ia harap kerajsama bisa merambah ke desa lain. Melalui mekanisme tersebut, diharapkan dapat meningkatkan nilai jual petani pisang.
“Sudah saya coba itu, satu hektar dengan sekali panen (10 hari), dan saat ini saya pribadi telah mencoba menanam telah panen 3 kali dengan model bagi hasil pengurus di kebun,” pungkasnya.
Di desa lainnya seperti Desa Way Sari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, juga telah mengembangkan pisang jenis Cavendish. Kepala Desa Way Sari, Supriyono mengatakan usaha pertanian pisang miliknya berjumlah 3.300 batang dengan luas lahan 1,5 hektare. Biaya yang diperlukan untuk menanam pisang hingga saat ini mencapai Rp35 juta dengan perkiraan keuntungan mencapai Rp180 juta.
“Bayangkan saja kalau satu tandan pisang Cavendish ini dirata-ratakan berbuah 25 Kg per batang kalikan saja Rp2000 /Kg. Pendapatan yang saya dapatkan dari 3.300 batang pisang bisa mencapai Rp180 juta pada pertama panen. Yang membelinya sudah ada mitra sendiri PT Ratu Buah Banana Lampung,” kata Supriyono.
Selain belajar bersama mitranya PT Ratu Buah Banana Lampung untuk mengelola kebun pisang, Supriyono belajar sendiri karena menurutnya sebelum menjadi kades dia merupakan petani singkong.
“Selain saya ikut mitra, saya belajar sendiri mengelola lahan pisang ini. Alhamdulillah sudah berbuah sebagian dan buahnya super semua,” ungkapnya.
Sampai saat ini bibit pisang yang tumbuh di lahan miliknya sudah banyak yang ingin membelinya, namun ia tidak ingin menjual ditakutkan akan merusak induk dari pisang miliknya.
“Kemarin ada yang menawar satu bibit pisang yang tumbuh mau dibeli persatu batang Rp6.000, tapi saya tidak jual karena kebun ini percobaan saya,” katanya.
Supriyono menambahkan buah pisang jenis Cavendish yang dinilai berkualitas tersebut hampir rata-rata di ekspo.. Selain itu, hampir sebagian besar buah dijual ke supermarket.
Supri akan mengajak masyarakatnya untuk mengikuti langkahnya dengan menjalin kerjasama yang baik supaya penghasilan masyarakat ada tambahan dari lahan yang dimanfaatkan.
“Perbandingannya 3.300 batang pisang dengan luas lahan 1,5 hektar sama saja menanam singkong di lahan seluas 20 hektare,” ungkapnya. (EBI/O1)