WARGA Kampung Penawarjaya, Kecamatan Banjarmargo, Tulangbawang, Daniel Sugeng Aryadi Ndun Losana sukses mengembangkan usaha hidroponik. Usaha itu mampu membuat perekonomiannya stabil di tengah pandemi Covid-19.
Daniel mengatakan, usaha barunya itu telah dilakukan sejak Maret 2020 lalu. Guru honorer di SMA Negeri 1 Banjarmargo, Kabupaten Tulangbawang itu mengaku, awal mula mengembangkan usaha hidroponiknya itu tercetus, ketika wabah penyakit yang disebabkan Covid-19 melanda negeri ini.
Kala itu, kegiatan belajar mengajar di sekolah terhenti. Ia kemudian mencari opsi lain untuk mengisi waktu luangnya. Dengan modal Rp300 ribu, Daniel mencari informasi tentang pengembangan hidroponik di youtube.
“Belajar secara otodidak (belajar sendiri) dengan bantuan dari youtube,” kata Daniel, kepada Lampung Post, Senin (6/12).
Modal yang berasal dari tabungannya sebagai guru honorer itu, kemudian digunakan untuk membeli media tanam
seperti nutrisi, netpot, busa rockwool, Total Dissolved Solids (TDS)/alat pengukur kadar nutrisi air, PH Tester Moisture Meter untuk mengukur kadar air, dan pompa aquarium.
Untuk menghemat anggaran, dia memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumahnya seperti jerigen, kotak susu, dan botol bekas air mineral.
“Awal mula mengembangkan sayuran Caisin, Sawi Pakcoy, dan Selada dengan ukuran 1 kali 3 meter di belakang rumah,” ujar dia.
Setiap kali panen, Daniel menyisihkan pendapatannya untuk mengembangkan usaha hidroponik yang ia beri nama “Hidroponik Kebun Kita”. Saat ini luas lahan usahanya menjadi 5×8 meter.
Untuk mempermudah pemasaran, Daniel memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan memasarkannya melalui WhatsApp group. Konsumennya selain berasal dari warga kampung sekitar juga pedagang pasar tradisional.
“Panennya satu bulan sekali. Untuk sekali panen bisa dapat Rp350 ribu sampai Rp400 ribu,” kata guru Pendidikan Agama Kristen dan Seni Budaya itu.
Ia mengaku, saat ini tengah mengembangkan jenis sayuran baru seperti sawi keriting, selada merah, bayam merah, pagoda, dan pakcoy putih.
“Kesulitan dalam pemasaran, karena masih banyak warga yang belum mengenal jenis sayuran ini,” ujar dia.
Untuk menambah pendapatan, dia juga menjual rakitan media tanam yang dapat dibeli masyarakat. Paket komplit dari benih sampai siap panen di banderol dengan harga Rp650 ribu.
“Selain warga di sekitar sini ada juga dari Kabupaten Mesuji yang pesan alatnya. Alatnya juga mudah untuk di pindahkan ke tempat yang dianggap lebih strategis untuk bercocok tanam,” katanya.
Ia bersyukur, sejak adanya usaha baru yang digeluti mampu memberikan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan di rumah.
Kebun Hidroponiknya kini kerap dikunjungi masyarakat sekitar dan para pejabat di daerah setempat untuk berbelanja sayuran segar.
“Kami berikan kebebasan bagi pengunjung untuk memilih dan memanen sayur sendiri. Syukurnya, usaha ini mampu menopang perekonomian saya di tengah pandemi Covid-19,” ujar Daniel. (FERDI IRWANDA/D2)
Discussion about this post