RUSDI SENAPAL
PEKON Tugurejo, Kecamatan Semaka, Tanggamus, memiliki luas 323 hektare dengan 75 persen di antaranya areal persawahan. Pembangunan irigasi menjadi salah satu fokus pemerintah desa setempat untuk mengatasi keluhan para petani akibat kesulitan pasokan air ke sawahnya.
Pekon Tugurejo awalnya merupakan pedukuhan bagian dari Banjarnegoro. Namun, pada 1971, melepaskan diri dari pekon induk dan perkembangannya hingga kini cukup pesat.
Wilayah Pekon Tugurejo dengan populasi penduduk 738 jiwa merupakan dataran rendah yang meliputi area persawahan dan perkebunan. Hampir 75% warga setempat berpencaharian sebagai petani/pekebun, baik sebagai pemilik lahan maupun penggarap.
Adanya persawahan yang relatif cukup luas, memungkinkan warga setempat dapat menghasilkan hasil bumi berupa padi. Namun, para petani sering terkendala faktor pasokan air yang relatif kurang. Hal itu karena tidak adanya bangunan irigasi yang memadai sehingga produksi tanam kerap terhambat.
“Oleh sebab itu, rencananya pada tahun ini sesuai dengan hasil musyawarah pekon, kami akan membangun irigasi menggunakan anggaran dana desa (ADD) agar pasokan air ke area persawahan tidak terhambat lagi seperti saat ini,” kata Penjabat (Pj) Kepala Pekon Tugurejo, Supoyo, Minggu (14/2).
Dia mengaku pengolahan sawah di pekonnya belum maksimal secara teknis. Kendala terbesarnya adalah tidak adanya irigasi sehingga para petani masih bergantung pada curah hujan atau sawah tadah hujan.
“Di sini sawah tadah hujan sehingga jika curah hujan tinggi sawah kebanjiran. Namun, jika kemarau, sawah kekeringan. Kejadian ini sudah berlangsung puluhan tahun,” ujarnya.
Pembangunan irigasi tersebut cukup beralasan, mengingat pekon berbatasan dengan daerah aliran Way Semaka di utara. Kemudian, wilayah selatan berbatasan dengan Pekon Bangunrejo, timur dengan Sidodadi, dan barat dengan Kanoman.
Selain sebagai petani atau pekebun, 10 persen warga lainnya bekerja sebagai pelaku industri rumahan, seperti produksi gula merah dan jajanan kelanting. Sisanya 15% berprofesi sebagai pegawai negeri/swasta, pedagang, dan pertukangan.
Industri Rumahan
Supoyo mengungkapkan para pelaku industri rumahan masih menggunakan peralatan tradisional sehingga jumlah hasil olahan belum maksimal. Sementara untuk bahan baku produksi berasal dari kebun milik sendiri, seperti sadapan air kelapa untuk bahan baku gula merah dan tanaman singkong untuk bahan baku produksi kelanting.
“Hasil industri rumahan saat ini belum bisa menjadi produk unggulan pekon. Hanya ada warga yang berprofesi sebagai pelaku usaha itu. Namun, untuk pemasaran sendiri tidak ada kendala karena para pemesan relatif cukup banyak yang datang ke sini,” kata dia.
Selain itu, penggunaan DD 2020 dari Pemerintah Pusat dan anggaran dana pekon (ADP) juga masih fokus untuk bidang kesehatan, yakni penanggulangan juga pencegahan penularan covid-19.
Dengan DD 2020 yang mencapai Rp845.546.000, Rp324 juta di antaranya untuk bantuan langsung tunai dana desa (BLT DD) kepada 90 keluarga penerima manfaat (KPM). Selain itu, Rp72,2 juta untuk pencegahan dan penanganan covid-19, pencegahan stunting Rp21.875.000, serta pengadaan ambulans Rp200 juta.
“Kegiatan 2020 fokus di bidang kesehatan, seperti pencegahan stunting, BLT DD, pengadaan ambulans, serta penanganan dan pencegahan covid-19,” ujar dia.
Untuk pencegahan penularan covid-19, pihaknya telah mendirikan posko pemantau, mengadakan tempat cuci tangan, pengadaan masker, serta penyemprotan disinfektan dua kali dalam seminggu. Sementara lokasi penyemprotan, seperti tempat ibadah, fasilitas kantor pekon, fasilitas publik, dan rumah-rumah warga.
“Alhamdulillah, di Pekon Tugurejo belum ada warga yang terkonfirmasi positif covid-19. Saya berharap semoga sampai pandemi berakhir tidak ada warga kami yang terpapar,” ujarnya.
Selain pengadaan fisik, pihaknya juga menggencarkan sosialisasi pencegahan kerumunan. Apalagi pada musim pergelaran hajatan, seperti acara pernikahan dan semisalnya. Tentunya tetap koordinasi dengan satgas kecamatan dan kabupaten.
“Jika ada warga yang akan menggelar acara yang berpotensi membuat kerumunan, kami akan melakukan pendekatan terlebih dahulu. Tentunya dengan berkoordinasi dengan satgas covid-19, untuk menghindari terjadinya gesekan yang berpotensi menimbulkan keributan,” kata Supoyo. (D1)
rusdi@lampungpost.id