WIDODO
DANA desa (DD) 2021 Pekon Srirahayu, Kecamatan Banyumas, Pringsewu, sebagian besar untuk penanganan Covid-19, seperti untuk bantuan tunai langsung (BLT) bagi masyarakat terdampak. Meski ada sisa, sulit untuk menuntaskan program pembangunan.
Sekretaris Pekon Srirahayu, M Thoha, mewakili Kepala Pekon Suryono, menjelaskan untuk DD 2021 pihaknya memprediksi kucuran anggaran untuk pekon Rp878.730.000. Dana itu lebih dari 50 persen untuk penyaluran BLT sebagai tindak lanjut instruksi pemerintah guna membantu masyarakat terdampak Covid-19.
“Di Pekon Srirahayu ini ada 148 KK yang akan menerima BLT. Jika satu KK menerima Rp300 ribu selama setahun, berarti anggaran dana desaa untuk BLT saja mencapai Rp532,8 juta,” katanya, Rabu (13/1).
Menurut dia, pemberian BLT merupakan tindak lanjut dari terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2020 kalau prioritas dana desa untuk pembangunan kesehatan dan pemulihan ekonomi masyarakat pasca-Covid-19.
“Oleh sebab itu, selain untuk menyalurkan BLT, anggaran dana desa juga untuk kesehatan, khususnya penanganan stunting. Sedangkan untuk pemulihan ekonomi dengan menyalurkan bantuan untuk kelompok wanita tani (KWT), kelompok usaha bersama (kube), dan kelompok usaha, berupa bantuan bibit itik, bibit sayuran, bibit ikan, alat molen pencetak bata, dan mesin jahit,” ujarnya.
Dia berharap dengan pengguliran bantuan pada 2021, masyarakat bisa mulai bangkit khususnya bidang ekonomi. “Kami berharap bantuan dapat membangkitkan ekonomi masyarakat yang menurun sejak adanya pandemi,” katanya.
Dia menambahkan bantuan ternak dan bibit pertanian sangatlah tepat karena Pekon Srirahayu mayoritas penduduknya adalah petani dan sebagian peternak. Kamudian untuk bantuan molen mesin pencetak bata, di pekonnya juga sudah mulai menggeliat perajin batu bata. Bahkan, selama ini perajin bata sangat membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat dan mampu menampung tenaga kerja warga setempat.
Sementara untuk bantuan mesin jahit, warga Pekon Srirahayu sebagian juga sudah mulai menggeluti pembuatan kain perca sehingga sangat membantu perekonomian keluarga. Meski belum sebesar di Pekon Sukamulya, Kecamatan Banyumas, pemerintah pekon memberikan perhatian karena dengan adanya usaha kain perca itu oleh sejumlah warga bisa menambah perekonomian keluarga.
Kami berharap bantuan dapat membangkitkan ekonomi masyarakat yang menurun sejak adanya pandemi.
Mati Suri
Pekon Srirahayu sebenarnya juga memiliki badan usaha milik desa/pekon (BUMDes) untuk mengembangkan ekonomi pekon. Namun, kondisi BUMDes saat ini masih memprihatinkan, ibarat pepatah “hidup segan mati tak mau”.
Padahal, kata M Toha, pemerintah pekon sudah mengucurkan anggaran untuk pengembangan BUMDes Rp140 juta sejak 2015.
“Jangankan untuk menyumbang PAD, koordinasi antara BUMDes dan pekon saja tidak ada,” ujarnya.
Dia menjelaskan bantuan untuk BUMDes sejak pertama ada program DD, yaitu sekitar 2015 dengan kucuran awal Rp30 juta. Bahkan, selama tiga tahun berturut-turut pekon memberikan bantuan modal hingga total Rp140 juta.
Padahal, kata dia, jika BUMDes berkembang, pekon tidak segan-segan menambah kucuran modal. Namun, karena tidak ada perkembangan, pekon akhirnya menghentikan bantuan.
“Tapi anehnya setiap pemeriksaan Inspektorat selalu lolos. Padahal kalau dana desa (DD) satu rupiah saja pasti menjadi pertanyaan,” katanya.
Menurut dia, dengan usaha simpan pinjam, BUMDes seharusnya sudah bisa berkembang. “Tetapi, kenapa ini tidak,” ujarnya.
Padahal, kata dia, dengan ilmu sederhana saja jika uang itu untuk kerja sama pompa bensin mini, atau untuk modal pupuk untuk petani, pasti prospek bagus karena pasti banyak yang membutuhkan. (D1)
widodo@lampungpost.id